Yangamat digemari kerana keenakannya Resepi onde onde ubi kayu Potong sejengkal untuk mudah nak parut dan nak bersihkan kulitnya 4 cawan ubi kayu yang sudah diparut 2 cawan santan 112 cawan gula 1 sdk garam Sedikit pewarna kuning.. 21873 resep ubi kayu ala rumahan yang mudah dan enak dari komunitas memasak terbesar dunia Resepi onde onde ubi kayu Oleh iluminasimedia pada 25 Mar 2019 kategori
Umbi-umbian sebagai bahan pangan sumber karbohidrat telah lama dikenal dan dikonsumsi masyarakat, tumbuh subur di daerah tropis dan tidak menuntut iklim serta kondisi tanah spesifik. Umbi-umbian mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan tepung terigu. Tanaman ini umumnya ditanam di lahan kering sebagai tanaman sela, khususnya ubi kayu dan ubi jalar yang telah dibudidayakan dengan skala luas. Masyarakat Pulau Buton banyak memanfaatkan umbi-umbian dalam pembuatan makanan tradisional seperti kasuami, tuli-tuli, epu-epu, roko-roko serta onde-onde diolah dari ubi kayu yang diparut dan kaopi tepung. Hal inilah yang memungkinkan umbi-umbian menjadi salah satu jenis tanaman yang tetap dilestarikan di samping karena kondisi lingkungan di wilayah ini yang tidak terlalu subur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan sebaran umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat di Pulau Buton. Metode eksplorasi dilakukan di empat wilayah yaitu Kota Baubau, Buton Utara, Buton Selatan, dan Kabupaten Buton untuk mengetahui jenis dan sebaran umbi-umbian dan wawancara dengan penduduk setempat guna mengetahui jenis umbi-umbian yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, identifikasi, dan analisis karakter morfologi umbi. Identifikasi umbi-umbian mengacu pada Flora of Java karangan Backer, dan Bakhuizen van Den Brik dan Flora Sulawesi karangan Yuzammi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 jenis umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat Pulau Buton. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Biosains Vol. 7 No. 1 Maret 2021 ISSN 2443-1230 cetak DOI ISSN 2460-6804 online 24 JBIO JURNAL BIOSAINS The Journal of Biosciences email jbiosains KEANEKARAGAMAN JENIS UMBI-UMBIAN SEBAGAI PANGAN DI BEBERAPA WILAYAH PULAU BUTON S. Hafidhawati Andarias, Agus Slamet, Muhammad Ilsak Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Buton Jalan Betoambari No. 36, Baubau, Sulawesi Tenggara, Indonesia email korespondensi Diterima Oktober 2020; Direvisi Februari 2021; Disetujui Maret 2021 ABSTRAK Umbi-umbian sebagai bahan pangan sumber karbohidrat telah lama dikenal dan dikonsumsi masyarakat, tumbuh subur di daerah tropis dan tidak menuntut iklim serta kondisi tanah spesifik. Umbi-umbian mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan tepung terigu. Tanaman ini umumnya ditanam di lahan kering sebagai tanaman sela, khususnya ubi kayu dan ubi jalar yang telah dibudidayakan dengan skala luas. Masyarakat Pulau Buton banyak memanfaatkan umbi-umbian dalam pembuatan makanan tradisional seperti kasuami, tuli-tuli, epu-epu, roko-roko serta onde-onde diolah dari ubi kayu yang diparut dan kaopi tepung. Hal inilah yang memungkinkan umbi-umbian menjadi salah satu jenis tanaman yang tetap dilestarikan di samping karena kondisi lingkungan di wilayah ini yang tidak terlalu subur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan sebaran umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat di Pulau Buton. Metode eksplorasi dilakukan di empat wilayah yaitu Kota Baubau, Buton Utara, Buton Selatan, dan Kabupaten Buton untuk mengetahui jenis dan sebaran umbi-umbian dan wawancara dengan penduduk setempat guna mengetahui jenis umbi-umbian yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, identifikasi, dan analisis karakter morfologi umbi. Identifikasi umbi-umbian mengacu pada Flora of Java karangan Backer, dan Bakhuizen van Den Brik dan Flora Sulawesi karangan Yuzammi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 jenis umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat Pulau Buton. Kata kunci Pangan, Pulau Buton, umbi-umbian. DIVERSITY OF TUBERS AS FOOD IN SOME AREAS OF BUTON ISLAND ABSTRACT Tubers as food sources of carbohydrates are known and consumed by the community, thrives in tropical areas and do not require specific climates and soil conditions. Tubers have the potential to be developed as alternative food ingredients rice and wheat flour. Plants are generally grown on dry land as intercropping, especially cassava and sweet potato which have been cultivated on a large scale. Buton Island people use tubers in traditional food such as kasuami, tuli-tuli, epu-epu, roko-roko and onde-onde processed from shredded cassava and kaopi flour. This condition allows tubers to become one of the types of plants that are still preserved in addition to the environmental conditions in this area are less fertile. The purpose of this study was to determine the types and distribution of tubers which are used as food by the people of Buton Island. The exploration method was carried out in four regions, namely the City of Baubau, North Buton, South Buton, and Buton Regency to determine the types and distribution of tubers and interviews with local residents to determine the types of tubers that can be consumed or used as food ingredients. The data collection technique was carried out by observing, documenting, identification, and analyzing the morphological characters of the tubers. The identification was carried out based on the book Flora of Java Spermatophytes Only by Backer, & Bakhuizen Van Den Brink and data analysis using Jurnal Biosains Vol. 7 No. 1 Maret 2021 ISSN 2443-1230 cetak DOI ISSN 2460-6804 online 25 description analysis. The results showed that there were 10 types of tubers that were used as food by the people of Buton Island. Keywords Food, Buton Island, tubers. Pendahuluan Pulau Buton merupakan pulau yang masuk dalam wilayah administratif Sulawesi Tenggara. Pulau Buton terbagi dalam beberapa wilayah yaitu Buton Utara, Buton Selatan, Kabupaten Buton, dan Kota Baubau. Pada awalnya, Kota Baubau memiliki wilayah pemerintahan yang merupakan bekas dari kerajaan Buton atau Kesultanan Buton. Menurut Mujabuddawat 2016, secara umum lokasi Pulau Buton dan pulau-pulau lain yang menjadi daerah kekuasaan Kesultanan Buton cukup strategis, namun pulau-pulau tersebut tidak subur. Jenis tanaman yang dapat tumbuh adalah jagung dan umbi-umbian, karena itulah, komoditi yang diperdagangkan dari hasil kekayaan Buton adalah budak sedangkan hasil bumi hampir tidak ada. Komoditas tanaman pangan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar, yakni sebagai sumber karbohidrat dan sumber protein dan lemak. Bahan pangan yang termasuk sumber karbohidrat antara lain padi/ beras, jagung, sorgum, tepung terigu dan umbi-umbian, sedangkan sumber protein dan lemak adalah kacang tanah, kedelai, kacang hijau dan kacang-kacangan lainnya. Umbi-umbian sebagai bahan pangan sumber karbohidrat telah lama dikenal dan dikonsumsi masyarakat, tumbuh subur di daerah tropis dan tidak menuntut iklim serta kondisi tanah spesifik Hatmi & Djaafar, 2014. Umbi-umbian mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan tepung terigu. Tanaman umbi-umbian umumnya ditanam di lahan kering sebagai tanaman sela, khususnya ubi kayu dan ubi jalar telah dibudidayakan dengan skala luas.Suismono, 2008. Pulau Buton memiliki kondisi lingkungan yang tidak terlalu subur. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang dapat hidup dengan baik cukup terbatas. Salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan di wilayah ini adalah umbi-umbian. Pemanfaatannya sebagai makanan tradisional daerah ini seperti kasuami, tuli-tuli, epu-epu, roko-roko serta onde-onde diolah dari ubi kayu yang diparut dan kaopi tepung menyebabkan tumbuhan ini tetap dilestarikan, namun informasi mengenai jenis dan sebarannya masih sangat terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menginventarisasi jenis umbi-umbian yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan guna mengetahui jenis dan sebarannya di Pulau Buton. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Maret 2020. Lokasi penelitian adalah di wilayah Pulau Buton yang mencakup Kota Baubau, Buton Utara, Buton Tengah, dan Buton Selatan. Metode eksplorasi dilakukan di keempat wilayah tersebut untuk mengetahui jenis dan sebaran umbi-umbian dan wawancara dengan penduduk setempat guna mengetahui jenis umbi-umbian yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, identifikasi, dan analisis karakter morfologi umbi. Identifikasi umbi-umbian mengacu pada Flora of Java karangan Backer, dan Bakhuizen van Den Brik dan Flora Sulawesi karangan Yuzammi. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan identifikasi, ditemukan 10 jenis umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat. Tabel 1. Jenis-jenis umbi yang dimanfaatkan sebagai pangan di Pulau Buton Keladi/talas daunnya terbelah Gembili rambat umbinya berukuran besar Gembili umbinya bergelantungan warna ungu atau putih Jurnal Biosains Vol. 7 No. 1 Maret 2021 ISSN 2443-1230 cetak DOI ISSN 2460-6804 online 26 Gembili umbinya panjang-panjang Keladi daunnya bersambung Ket BB Baubau, KB Kab. Buton Umbi-umbian adalah pangan yang berasal dari akar/ umbi yang biasa dikonsumsi sebagai pangan pokok seperti singkong, ubi jalar, kentang, uwi, sagu, talas, serta produk turunannya seperti tepung, kue, maupun roti Siata, 2009. Jenis tanaman umbi-umbian mempunyai toleransi yang cukup luas untuk ditanam di bawah tegakan hutan dengan tingkat naungan tajuk yang terbuka sampai agak terbuka Prayudyaningsih & Nursyamsi, 2015. Kelebihan lainnya adalah mudah tumbuh di berbagai habitat atau di daerah marginal yang tanaman lain tidak bisa tumbuh, tidak membutuhkan perawatan yang rumit, dan memiliki keragaman yang tinggi sehingga sangat cocok sebagai pangan fungsional alternatif sumber karbohidrat selain beras Isaini et al., 2012; Fidyasari et al., 2017. Di samping itu jenis umbi-umbian juga mempunyai keunggulan lain yaitu mengandung karbohidrat yang tinggi sebagai sumber tenaga, menghasilkan energi per hektare lebih banyak dibanding beras dan terigu, dapat tumbuh di daerah marginal yang tanaman lain tidak bisa tumbuh Prayudyaningsih & Nursyamsi, 2015. Berdasarkan hasil penelusuran di empat wilayah berbeda di Pulau Buton yaitu Kabupaten Buton, Kota Baubau, Buton Selatan dan Buton Utara, ditemukan 10 jenis umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat. Terdapat 8 delapan jenis umbi yang ditemukan di seluruh wilayah Pulau Buton, yaitu ubi kayu Manihot utilissima, ubi jalar Ipomoea batatas, keladi/talas Colocasia esculenta, gembili rambat Dioscorea alata, gembili yang terdiri dari 2 jenis yaitu Dioscorea bilbifera dan Dioscorea batatas, keladi Colocasia sp., dan ubi hutan atau ubi gadung Dioscorea hispida. Kedelapan jenis umbi tersebut sengaja dibudiyakan oleh masyarakat. Porang Amorphophallus sp. ditemukan di dua wilayah sementara umbi garut hanya ditemukan di Kota Baubau. Hal ini berbeda dengan keberadaan umbi wilayah lain, di mana umbi yang dikenal hanyalah sebatas ubi kayu, ubi jalar, dan talas Wuryantoro & Arifin, 2017. Beragam umbi-umbian tersebut telah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan salah satu sumber pangan masyarakat Kondisi lingkungan Pulau Buton berbentuk perbukitan dengan struktur tanah yang berbatu dan kering dengan kemiringan tanah mencapai 40º, dengan ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut.Mujabuddawat, 2016. Kondisi inilah yang menjadi salah satu sebab keberadaan umbi-umbian di wilayah ini masih mudah ditemukan, Selain itu, pemanfaatan umbi-umbian di Pulau Buton masih erat kaitannya dengan pembuatan berbagai jenis makanan tradisional. Di antara semua umbi-umbian tersebut, ubi kayu dan ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Kasuami, tuli-tuli, epu-epu, roko-roko serta onde-onde merupakan bahan makanan yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan utamanya. Sama halnya dengan kaopi yang merupakan tepung yang juga dibuat dari ubi kayu. Hal ini sejalan dengan pendapat Simatupang 2012 bahwa ubi kayu dapat diolah menjadi tepung pengganti terigu sampai sebanyak 20%. Gembili yang ditemukan ada 3 jenis yaitu gembili rambat dengan umbi berukuran besar, gembili dengan posisi umbi bergelantungan berwarna putih atau ungu, dan gembili dengan umbi yang panjang. Adapun porang, masih jarang ditemukan hanya di dua wilayah. Porang lebih banyak ditemukan tumbuh di dalam hutan. Seperti pendapat Wijayanto 2007, porang tidak harus mendapat sinar matahari. tanaman ini mudah ditemukan di sela-sela tanaman hutan dengan tingkat kerapatan 30-60%. Bagi masyarakat, umbi porang belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini diakibatkan oleh pengolahan umbi ini yang membutuhkan proses yang panjang untuk menghilangkan kandungan bahan berbahaya di dalamnya sehingga masyarakat cenderung tidak tertarik untuk membudidayakannya. Menurut Sitompul et al. 2018, porang mengandung asam oksalat yang tidak baik jika dikonsumsi. Asam oksalat dapat menyebabkan kristalisasi dalam ginjal dan gangguan gangguan kesehatan lainnya Kesimpulan Terdapat 10 jenis umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat di Pulau Buton. Umbi garut merupakan umbi-umbian yang hanya ditemukan di Kota Baubau dan tidak ditemukan di wilayah lain di Pulau Buton, sedangkan porang buti ditemukan di dua daerah yaitu di Baubau dan Kabupaten Buton. Delapan jenis Jurnal Biosains Vol. 7 No. 1 Maret 2021 ISSN 2443-1230 cetak DOI ISSN 2460-6804 online 27 umbi-umbian yang lain dapat ditemukan di seluruh wilayah Pulau Buton. Ucapan Terima Kasih Terima kasih diucapkan kepada Universitas Muhammadiyah Buton yang telah memberikan dana penelitian dan seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Daftar Pustaka Fidyasari, A., Sari, R. M., dan Raharjo, S. J. 2017. Identifikasi Komponen Kimia pada Umbi Bentul Colocasia esculenta L. Schoot sebagai Pangan Fungsional. Amerta Nutrition, 11, 14. Hatmi, R. U., & Djaafar, T. F. 2014. Keberagaman Umbi-Umbian Sebagai Pangan Fungsional. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi 2014, 22, 950–960. Mujabuddawat, M. Al. 2016. Kejayaan Kesultanan Buton Abad Ke-17 & 18 dalam Tinjauan Arkeologi Ekologi. Kapata Arkeologi, 111, 21. Prayudyaningsih, R., & Nursyamsi, N. 2015. Diversity of Tuber Crops and Arbuscular Mycorrhizae Fungi Amf Under Community Forest Stand in South Sulawesi. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 41, 81. Siata, R. 2009. Identifikasi Sumber Pangan Lokal dalam Rangka Penganekaragaman Pangan di Provinsi Jambi. Simatupang, P. 2012. Meningkatkan Daya Saing Ubikayu, Kedelai, dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Pendapatan Petani , Ketahanan Pangan, Nilai Tambah, dan Penerimaan Devisa. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 1–12. Sitompul, M., Suryana, F, Buana, dan Mahfud. 2018. Ekstraksi Asam Oksalat pada Umbi Porang Amorphophallus Oncophyllus dengan Metode Mechanical Separation. jurnal Teknik ITS Vol. 7, Suismono. 2008. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan. Teknologi Pengolahan Dan Pemanfaatan, 152, 38–50. Sulistiyo, R., Soetopo, dan Darmanhuri. 2015. Eksplorasi dan Identifikasi Karakter Morfologi Porang Amorphophallus muelleri B. di Jawa Timur. Jurnal Produksi Tanaman Vol, 3, No. 5, Wuryantoro dan M. Arifin. 2017. Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman Umbi-umbian Ganyong, Garut, Ubi kayu, Ubi jalar, Talas dan Suweg di Wilayah Lahan Kering Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi, ISSN 1411-5336 Vol. 18 No. 2. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nowadays tubers are mostly explored to determinetheir essential components. Colocasia esculenta l. Schottis one of tubers that its use has not been maximally explored. Objective This research aims to identify the chemical components onColocasia esculenta l. Schott. Methods The research stages include, first, the determination for finding out the right plant; second, the preparation and implementation including theflour preparation andits proximate testing asthe carbohydrate, protein, fat, carbon, moisture and fiber testing; third, the flour extraction for obtaining the PLA and its PLA analysis using HPLC. Results The result shows the chemical components of protein is fat is moisture is carbon is carbohydrate is and fiber is The yield extraction results are and Conclusion The flour extraction analysis displays polysaccharide proven by the presence of DP and DP5 of and However,its sugar molecule composition has not been identified yet. ABSTRAK Latar belakang Umbi-umbian saat ini mulai banyak dieksplorasi untuk mengetahui komponen penting yang terdapat dalam umbi tersebut. Umbi bentul salah satu umbi yang pemanfaatan belum dieksplorasi secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen kimia yang terdapat dalam bentul. Metode Tahapan penelitian ini meliputi pertama, tahap determinasi untuk mengetahui kebenaran tanaman yang akan digunakan. Kedua, tahap persiapan serta pelaksanaan meliputi proses pembuatan tepung bentul, pengujian mutu kimia atau proksimat tepung meliputi karbohidrat, protein, lemak, kadar abu, kadar air dan serat. Ketiga, ekstraksi tepung untuk mendapatkan senyawa yang diduga PLA dan analisanya dengan menggunakan HPLC. Hasil Berdasarkan penelitian menunjukkan hasil komponen kimia protein 3,45%, lemak 0,31%, air 6,07%, abu 2,14%, karbohidrat 88,03%, dan serat 2,87%. Rendemen hasil ekstraksi tepung yaitu 2,9% dan 9,0%. Kesimpulan Analisa dari ekstrak tepung terbukti mengandung polisakarida dengan adanya DP dan DP5 memiliki total 72,356% dan 87,98% namun belum diketahui jenis gula penyusunnya. Muhammad Al MujabuddawatButon Sultanate is a prosperous maritime sultanate in its heyday. Buton Sultanate land is not very fertile and does not produce a lot of commodities, but it is quite well known because of its location in the commercial lines, so that it becomes a stopover place for passing ships. This paper provides an overview of ecological archaeology towards the triumph case of Buton Sultanate in the 17th-18th century. The research method used in this paper is literature study and review of a theory through an observation of cultural ecology and environmental determinism. The results show that the ecological aspects affect the heyday of the Buton Sultanate. Buton Sultanate does not produce a lot of major commodities, but it is successfully adapt to environmental conditions and maximize the benefits derived from the ecological aspects by applying it to the structure of Sultanate society, a commercial network, and material culture. The profits are also applied to maintain its legitimacy in the great power of hegemony in the region. Success in 'conquering' the environment makes the Buton Sultanate victorious, even the identity of 'kebutonan' still embedded in Buton society until this day. Kesultanan Buton merupakan kesultanan bercorak maritim yang cukup besar pada masa jayanya. Daratan Kesultanan Buton tidak begitu subur dan tidak banyak menghasilkan komoditi namun cukup terkenal karena lokasinya terletak di jalur niaga, sehingga menjadi lokasi singgah bagi kapal-kapal yang melintas. Penelitian ini berisi tinjauan arkeologi ekologi terhadap kasus kejayaan kesultanan Buton abad ke-17-18. Metode penelitian menggunakan studi pustaka dan tinjauan teori melalui tinjauan model cultural ecology dan environmental determinism. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek ekologi berpengaruh terhadap kejayaan Kesultanan Buton. Kesultanan Buton tidak banyak menghasilkan komoditi utama, namun berhasil menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya dan sukses memaksimalkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari aspek ekologis. Dengan menerapkannya pada struktur masyarakat Kesultanan, jaringan perniagaan, budaya material, Kesultanan Buton mempertahankan legitimasi dalam hegemoni kekuatan besar di wilayahnya. Kesuksesan dalam menaklukan’ lingkungan menjadikan Kesultanan Buton berjaya, bahkan hingga saat ini identitas kebutonan’ masih melekat di dalam masyarakat Buton. Retno PrayudyaningsihNursyamsi NursyamsiImplementation of agroforestry system in community forest that incorporate local species Vitex cofassus bitti, Toona sinensis suren, Tectona grandis teak and Aleurites moluccana candlenut with seasonal crops such as tuber crops would create opportunities for local people to improve the economic and food security. Tuber crops as the understory could be expected to reduce the rate of soil erosion and expand habitat of beneficia soil microorganisms such as arbuscular mycorrhizal fungi AMF. The research aims to determine the diversity of tuber crops and AMF in the rhizosphere of tuber crops grown under community forest stands of bitti, suren, teak and candlelnut in South Sulawesi. Results showed that 1 there are 12 kinds of tuber crops that grow under community forest stands in which the 7 types are as alternative food sources, 2 Amorphophallus campanulatus iles-iles/suweg and Xanthosoma violaceum kimpul are species of tuber crops that is found growing under all of the commnunity forest stands, 3 all kinds of tuber crops that grow under the community forest stand associated with AMF, in which there are 3 AMF genus Glomus sp. Acaulospora sp. and Gigaspora low spore Umbi-Umbian Sebagai Pangan Fungsional. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan UmbiR U HatmiT F DjaafarHatmi, R. U., & Djaafar, T. F. 2014. Keberagaman Umbi-Umbian Sebagai Pangan Fungsional. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi 2014, 22, Sumber Pangan Lokal dalam Rangka Penganekaragaman Pangan di Provinsi JambiR SiataSiata, R. 2009. Identifikasi Sumber Pangan Lokal dalam Rangka Penganekaragaman Pangan di Provinsi Daya Saing Ubikayu, Kedelai, dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Pendapatan Petani , Ketahanan Pangan, Nilai Tambah, dan Penerimaan Devisa. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan UmbiP SimatupangSimatupang, P. 2012. Meningkatkan Daya Saing Ubikayu, Kedelai, dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Pendapatan Petani, Ketahanan Pangan, Nilai Tambah, dan Penerimaan Devisa. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Pengolahan dan PemanfaatanSuismonoSuismono. 2008. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan. Teknologi Pengolahan Dan Pemanfaatan, 152, dan Identifikasi Karakter Morfologi Porang Amorphophallus muelleri B. di Jawa TimurR SulistiyoDan SoetopoDarmanhuriSulistiyo, R., Soetopo, dan Darmanhuri. 2015. Eksplorasi dan Identifikasi Karakter Morfologi Porang Amorphophallus muelleri B. di Jawa Timur. Jurnal Produksi Tanaman Vol, 3, No. 5, Wuryantoro dan M. Arifin. 2017. Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman Umbi-umbian Ganyong, Garut, Ubi kayu, Ubi jalar, Talas dan Suweg di Wilayah Lahan Kering Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi, ISSN 1411-
Namundemikian ternyata tidak mudah karena tidak banyak tulisan yang secara jelas menerangkan sejarah onde-onde. Dari yang sedikit itu diketahui bahwa konon onde-onde memang berasal dari Tiongkok. Onde-onde dibuat pertama kali pada masa Kekaisaran dari Dinasti Zhou (1045-256 SM) alias lebih dari 2300 tahun lalu.
1 Ikut cara 2 untuk poli di atas. 2. Kacau parutan ubi kayu dengan sedikit air di dalam periuk menggunakan api sederhana sehingga masak. Ketepikan. 3. Ikut cara 5 untuk poli di atas, untuk membuat cairan manisan. 4. Perah kelapa parut untuk mendapatkan santan pekat. 5. Tambahkan sesudu tepung dan sedikit garam dan dimasak di atas api sederhana
TigaResipi Kuih Tradisional Yang Berasaskan Daripada Daun Pandan from apam mekar tepung beras yang gebu, lembut dan cantik sangat kejadiannya. Getuk ubi merupakan makanan tradisional berasaskan ubi kayu. Resipi ni diambil dari kak . Namun bezanya ialah, jika pakai tepung beras dipanggil kuih pelita sedangkan kalau pakai.
1 ubi kayu (dibuang kulit dan direbus hingga empuk) 2. ragi (bole dibeli di pasr) cara-cara. 1. bila ubi sudah direbus hingga empuk.sejukkan. 2. hancurkan ragi hingga halus. tabur di ats ubi tadi dan gaul rata. 3. tutup bekas y mengandungi ubi hingga kedap. biarkan selama 2 hari. p/s - tapai enak dimakan goreng.
Agaronde-onde tetap bulat - Menggoreng onde-onde awalnya harus di dalam minyak yang tidak terlalu panas, dan setelah mengembang, baru besarkan sedikit api. - Selama proses penggorengan, aduk onde-onde dengan punggung sendok kayu sambil diputar-putar agar tetap bulat. - Setelah matang, tiriskan di atas peniris, sambil sedikit dilempar-lempar.
Lihatjuga resep Roti Tawar Ubi Kayu enak lainnya. Ubi terdiri dari berbagai macam jenis dari mulai ubi jalar ubi kayu ubi ungu dan lain se
6ccaQ. vkvt6ooohf.pages.dev/334vkvt6ooohf.pages.dev/118vkvt6ooohf.pages.dev/357vkvt6ooohf.pages.dev/49vkvt6ooohf.pages.dev/2vkvt6ooohf.pages.dev/307vkvt6ooohf.pages.dev/61vkvt6ooohf.pages.dev/284vkvt6ooohf.pages.dev/191
onde onde dari ubi kayu